Hari
ini tugas menulis dari #BPN30dayChallenge2018 adalah 5 Fakta Soal Diri.
Wah...mau cerita apa ya? Memang ada gitu orang yang kepo soal saya hehe...
Berhubung saya termasuk emak narsis, kayaknya teman-teman facebook atau yang
suka mantengin status WA saya, tanpa saya nulis ini juga udah pada tahu deh
tentang saya (Wkwkwkwk... ini sih GR dan sok populer level pohon kencur). Tapi
sejak ada challenge ini saya senang karena saya punya banyak teman baru
blogger-blogger sesama peserta challenge. Untuk merekalah saya menulis ini.
Namun
sebelumnya, saya pengen disclaimer dulu jika saya bukan seseorang yang statis.
Kalau udah gitu akan tetap gitu. Nggak. Sejalan dengan perjalanan kehidupan,
maka saya pun akan terus berubah. Meskipun mungkin untuk sesuatu yang khas akan
tetap terlihat. Jadi, bisa saja orang yang dulu melihat saya pembawaannya A,
mungkin sekarang akan terheran-heran karena berubah.
Baiklah,
inilah saya:
- Saya pernah menjadi orang yang perfeksionis. Kalau saya katakan A, maka harus A. Namun semakin kesini saya semakin menyadari bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa kita raih. Banyak faktor yang harus saya pertimbangkan dalam meraih sesuatu. Tidak bisa hanya dengan berkata saya pasti bisa. Iya, saya. Tapi kan kita hidup di lingkungan sosial. Tidak bisa hanya memikirkan keinginan diri sendiri. Nah, apakah dengan seperti itu saya menjadi tidak idealis. Tidak juga. Saya tetap idealis kok. Idealisme saya adalah meraih kebahagiaan. Untuk mencapai kebahagiaan, saya menerapkan skala prioritas. Karena gak mungkin lah semuanya saya kerjakan. Apa yang menjadi skala prioritas saya? Skala prioritas saya adalah tugas utama saya yaitu menjadi istri dan ibu. Jadi idealisme saya adalah bagaimana saya menjadi seorang isteri dan ibu yang bahagia. Tugas utama tergarap tapi saya harus tetap merasa bahagia dalam menjalankannya. Sementara yang lainnya boleh menunggu atau menjadi urutan berikutnya.
- Waktu masa-masa kecil hingga remaja, saya termasuk introvert. Tertutup. Tidak pernah mau cerita apapun bahkan ke teman terdekat. Karena itu, sejak SD saya selalu memiliki diary. Di situlah saya mencurahkan perasaan-perasaan saya. Hikmahnya bagi saya, saya jadi suka menulis hingga sekarang. Orang yang mengenal saya sekarang mungkin heran, katanya introvert tapi kok aktif di organisasi? Haha...untuk yang itu saya juga heran. Soalnya saya aktif di sana-sini karena diminta bukan atas inisiatif sendiri.
- Saya tidak pernah diajarkan orang tua berprasangka buruk pada orang lain. Di sisi lain saya pun dianugerahi Allah swt. sensitivitas yang cukup tinggi. Dulu, ketika saya belum tahu bermacam-macam sifat orang, saya hanya merasakan sesuatu yang kurang ‘sreg’ saja dalam hati tanpa tahu kenapa. Saya selalu menganggap semua orang sama dengan saya. Padahal jika saya mau lebih jauh mendengar kata hati saya, saya seperti mendapat alarm berupa perasaan tidak nyaman. Namun saya cenderung menyalahkan diri, ah mungkin ini hanya perasaan saya saja. Sampai akhirnya timbul suatu masalah, di situ saya baru sadar dan terbuka, oh ini yang dimaksud hati saya selama ini. Hal ini kemudian mengajarkan pada saya sekarang untuk bersikap hati-hati pada semua orang karena ternyata orang itu tidak sama. Bukannya saya suudzon orang lain jelek, tapi malah sebaliknya bisa jadi ada sesuatu di diri sayanya yang justru membuat orang lain tidak nyaman. Mungkin perbedaan karakter, perbedaan kebiasaan dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jadi lebih baik saya memberi waktu untuk beradaptasi, saling mengetahui dulu, barulah saling merasa enjoy. Kalau seandainya tidak nyambung juga? Ya sudah, mungkin memang bukan jodoh haha... Lebih baik jaga jarak deh. Nikmatin saja kehidupan masing-masing tanpa perlu nyinyir dengan kehidupan orang lain.
- Dulu, saya selalu semangat mencoba dan mempelajari hal-hal baru. Nah sekarang? Sekarang saya tetap terus belajar tapi bukan mempelajari hal lain yang benar-benar baru dan berbeda. Sekarang di usia segini saya lebih senang memperdalam sesuatu yang telah menjadi minat saya. Misalnya, minat saya dalam menulis. Maka saya hanya ingin memperdalam dunia penulisan. Tidak ingin mencoba hal lain misalnya menjadi juru masak atau atlet.
- Saya terus bersyukur dengan semua anugerah yang Allah swt. berikan pada saya. Dia memberi saya orang tua lengkap, suami yang bertanggung jawab, anak-anak yang sehat dan pintar, saudara-saudara yang menyayangi saya, teman-teman yang baik dan lingkungan yang nyaman. Faktanya adalah saya orang yang bahagia hahaha... alhamdulillah.
Demikianlah
fakta tentang saya. Mudah-mudahan nyambung dengan tema yang dimaksud. Namun
itulah buah pikiran yang ingin saya sampaikan. Semoga suka.
Mbaaa, faktanya kurang lebih hampir sama dengan saya, introvert, semangat mencoba hal baru dan sekarang lebih suka mendalami saja hihihi.
BalasHapusDan poin 5, masha Allah...
Terimakasih sudah menulisnya mba, saya jadi semacam diingatkan untuk selalu bersyukur :)
Iya, ternyata dari kekurangan juga ada hikmahnya 😊
HapusThe most important thing yaa, bersyukur dan berbahagian atas apapun yang kita punya :) hmmm such a reminder for my self
BalasHapusIya Mba, banyak orang yang hidupnya lebih tidak beruntung lagi.
HapusSamaaa toast kak
BalasHapusAku juga, sekarang ga percaya percaya bgt klo sama yg namanya temen, hihi
Entah mungkin faktor umur atau apa, klo cerita ke temen sekalipun deket, ada sisi sisi kuatir bakal ga amanah
Trus sama juga yg point ngeganjel di hati hihi
Lebih baik jaga jarak yekan, demi kenyamanan diri sendiri
Itu yang penting, merasa nyaman. Supaya kita tetep bahagia :)
HapusSaya juga introvert... Apa kecenderungannya yang suka nulis itu introvert ya? He3..
BalasHapusBisa jadi, Mba. Unek-unek keluarnya di tulisan. Rasanya lebih aman dan tenang 😊
HapusIntrovert ya, kita sama. Sensitivitas tinggi dan suka kesel kalau perasaan kita jadi bener. Antara perasaan atau terlampau berpikiran negatif. :)
BalasHapusMungkin ya, Mba. Karenanya saya skrg terus mencanangkan ke diri, apa pun yang saya rasakan, teruslah positif.
HapusSaya juga introvert dan suka nulis. Apa cuma kebetulan ya mbak kita sama?
BalasHapusKesamaan karakter bisa jadi menyebabkan sama kesukaan, Mba.
Hapus