Sabtu, 22 Oktober 2016

Nenek Tidak Sedang Hamil, Kan? (Kisah Umrah 1)



Baitullah, tempat impian setiap muslim (dok.pribadi)

Saya yakin hampir setiap muslim pasti menginginkan berziarah ke tanah suci, termasuk saya. Keinginan saya untuk ziarah semakin menguat mana kala saya membaca atau menulis buku-buku tentang sejarah Islam, khususnya yang berkaitan dengan kota Makkah dan Madinah. Misalnya waktu menulis tentang kisah Nabi Ismail, saya membayangkan Siti Hajar meletakkan tubuh bayi Ismail di dekat Ka’bah. Duh, rasanya pengen sekali saya ke tempat itu. Dan...keinginan itu semakin menguat ketika adik-adik saya berangkat umrah pada bulan ramadhan tahun 2015. Dari situ, saya semakin mengkhusyukan diri dalam berdoa supaya bisa berangkat ke tanah suci secepatnya.

Sebetulnya hampir tiap malam di bulan ramadhan saya berdoa, memohon kepada Allah supaya diperkenankan berhaji ke rumah-Nya. Namun karena doa tersebut berjudul doa malam ramadhan, saya tidak terlalu fokus pada harapan berhajinya. Hanya dibaca saja tanpa dorongan yang sangat kuat ingin berhaji. Nah, sejak setahun lalu itulah saya semakin bersungguh-sungguh membaca doa tersebut. Saya malah merasa takjub saat facebook mengingatkan, ternyata setahun yang lalu saya membagikan doa tersebut pada teman saya. Waktu itu saya dan teman saya tersebut belum pernah ke tanah suci. Dan tidak sampai setahun kemudian, saya dan teman saya tersebut dipanggil Allah ke tanah suci, alhamdulillah...

Screenshot status fb tentang doa malam ramadhan


Saya berangkat ke tanah suci tanggal 28 April 2016. Sedangkan teman saya sudah berangkat beberapa bulan sebelumnya. Selain rejekinya baru ada, Allah pun memilihkan waktu yang paling tepat bagi kami. Saat itu suami agak senggang dari tugas-tugas di kantornya. Orang tua saya pun dalam keadaan sehat hingga bisa dititipi anak-anak. Demikianlah Allah mentakdirkan yang terbaik bagi saya dan suami.


Sebetulnya dana yang ada masih belum genap untuk bisa memberangkatkan saya dan suami. Namun atas kebaikan adik, dia membantu saya menggenapkannya. Alhamdulillah, mudah-mudahan Allah menggantinya dengan rejeki yang lebih baik.

Setelah masalah dana tidak ada kendala, saya pun mulai searching biro travel umrah dan haji di internet dengan kata kunci “travel umrah bandung”. Sederet biro travel bermunculan. Saya buka satu persatu, melihat tanggal keberangkatan yang sekiranya cocok dengan jadwal haid saya dan juga biayanya yang terjangkau. Selain itu, saya juga melihat fasilitas transportasi dan akomodasi yang ditawarkan cukup menjanjikan. Pesawat dengan menggunakan Saudia Airlines Jakarta-Jeddah tanpa transit serta penginapan dekat Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Maka jatuhlah pilihan saya  pada biro travel yang waktu itu sedang mengadakan promo. 


Biaya Perjalanan Umrah Sudah Termasuk:

♦Tiket Pesawat P/P Economy Class JAKARTA – JEDDAH ♦Visa Umrah  ♦Akomodasi / Hotel sesuai program ♦Driver & Transportasi Bis A/C untuk Ziarah, Tours, dan Transfer ♦Makan/minum sesuai program ♦ Muthawwif atau Pembimbing berbahasa Indonesia ♦Air Zamzam @05 Liter per Jamaah ♦ Perlengkapan Jamaah (Koper, Tas Paspor, Kain Seragam, Kain Ihram / Malaya, Buku Panduan Do’a dan, I/D Card Jamaah)

Biaya Perjalanan Umrah Belum Termasuk

♦Biaya Pembuatan PASPOR (Baru / Perpanjangan Paspor) ♦ Biaya Tambah Nama di PASPOR menjadi 3 (tiga suku kata)  ♦ Biaya Suntik Meningitis ♦Pembuatan Surat Muhrim ♦Kelebihan Bagasi (sesuai Ketentuan Penerbangan) ♦Tour/Makan/Minum tambahan diluar program ♦ Pengeluaran – biaya bersifat Pribadi (Telephone Bill, Payview TV, Mini Bar, dan Lain-lain).

(sumber: website Rihlah Tour)

Setelah kontak-kontak via WA dan telpon dengan admin biro travel tersebut, akhirnya saya dan suami datang ke kantornya. Di situ kami melakukan pendaftaran dengan menyerahkan biaya umrah, foto copy KTP, foto copy kartu keluarga dan surat nikah asli. Selain itu, saya dan suami pun diminta membuat pas foto ukuran 4 X 6 dan 3 X 4 dengan fokus wajah 80% dan latar putih.

foto fokus wajah 80%
Pihak travel berjanji akan menghubungi saya untuk melakukan pembuatan passport di kantor imigrasi. Sebetulnya kita bisa membuat passport sendiri dengan cara datang langsung ke kantor imigrasi. Biayanya pun bakal lebih murah.

Setelah passport selesai dibuat, saya dan suami melakukan suntik meningitis di kantor kesehatan Bandara Husein Sastranegara Bandung untuk mendapatkan kartu kuning meningitis. Sebetulnya pada saat pendaftaran suntik meningitis, kami ditawari suntik imunisasi influenza juga oleh petugas kesehatan di sana. Tapi suami memutuskan kami hanya disuntik meningitis saja.

tiket pemeriksaan kesehatan
Oya sebelum disuntik, kami para wanita dibagi satu sachet bungkusan kecil kecuali seorang nenek yang tidak diberi. Seorang ibu yang merupakan anak dari nenek itu protes. Dengan enteng petugas kesehatan bilang, “Sengaja kok nenek nggak dikasih. Nenek tidak sedang hamil, kan?”

Olala, ternyata kami tidak teliti kalau bungkusan yang dibagikan itu berisi alat test kehamilan yang dicelupkan ke air seni hihihi....

     Baca juga: Buku dan Materi Persiapan Umrah



6 komentar:

  1. Makasih sharingnya, Mbak :)

    Infonya bermanfaat banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama. Senang sekali kalau bermanfaat. Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus
  2. Balasan
    1. Kalau nenek-nenek hamil, itu Siti Sarah istri pertama Nabi Ibrahim ya Teh hehe....

      Hapus
  3. hihi, langsung protes aja ya mbak, padahal belum baca, semoga kami juga bisa umroh kayak mbak

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya :)